BAHAN BAKU UKIR DAN CIRI-CIRINYA (part 3)

 

C. Pengolahan Kayu

Sebelum kayu digunakan untuk membuat barang mebel ukir maka perlu diadakan pengolahan agar dalam proses pembuatan barang tersebut mudah dan tidak banyak mengalami kesulitan. Dalam pengolahan bahan baku ukir ini ada beberapa tahapan hingga jadi bahan yang siap untuk dikerjakan. Adapun tahapan-tahapan pengolahan kayu itu adalah sebagai berikut :

1. Penebangan Kayu / Pohon

         Penebangan kayu di hutan milik negara biasanya dilakukan oleh Dinas Kehutanan ( Dishutbun / Perhutani ). Dalam melakukan penebangan tidak asal tebang tetapi harus disurve lebih dulu pohon yang sudah layak tebang itulah yang seharusnya ditebang. Sebelum ditebang biasanya petugas penebangan sudah menyiapkan tanaman sebagai pengganti atau peremajaan tanaman. Hal ini dimaksud agar hutan tetap terjaga keseimbangan ekosistemnya, disamping itu juga untuk menjaga agar tidak terjadi hutan gundul  yang dapat mengakibatkan erosi dan banjir. Alat yang digunakan untuk menebang kayu antara lain adalah tali / tambang besar, gergaji senso, kapak, serta alat lain menurut kebutuhan

          Teknik penebagan ada yang dengan cara dikerat pada bagian pangkal pohon dari arah atas meruncing ke bawah / ke tonggak, ada pula dengan cara gergaji bertakik sebelah menyebelah pada bagian pangkal pohon kemudian baru dipotong mendatar pada bagian pangkal dan ditarik menggunakan tali / tambang kearah yang tidak kena pohon yang lain. Tali / tambang dipsang sebelum dipotong dan diikatkan pada pohon bagian atas kira-kira tiga perempat dari ketinggian pohon tersebut dan cabang pohon tidak dipotong semua tetapi masih ada yang disisakan untuk menahan robohnya pohon agar tidak patah. Setelah roboh kayu kemudian dipotong-potong menurut ukuran yang dikehendaki. Kayu yang sudah dipotong tadi untuk melihat usia kayu apakah 20 tahun atau lebih dapat dilihat pada penampang batang bekas potongan ada gelang tahun / lingkaran tahun ( lingkaran yang menunjukkan umur kayu ), dan selanjutnya diangkut ke areal penempatan kayu di Perhurtani.

2. Pembelahan kayu jadi papan

        Setelah kayu menjadi balokan maka langkah selanjutnya adalah menggergaji balok tersebut menjadi papan-papan sesuai dengan ukuran ketebalan yang diinginkan. Penggergajian balok menjadi papan dapat dilakukan dengan cara manual ( dengan gergaji andang atau gergaji grog ) dan dapat pula dilakukan dengan gergaji mesin di tempat penggergajian.. Maka tak heran kalau di Jepara banyak tempat penggergajian kayu dengan mesin, karena para pengusaha mebel dan para perajin ukir lebih memilih dengan cara tersebut. Usal digergaji menjadi papan papan kayu yang belum kering biasanya diadakan pengeringan baik secara manual / buatan sendiri maupun dioven di tempat pengeringan yang ada di Jepara. Setelah itu barulah kayu tersebut dibuat barang yang sesuai selera / pesanan.

Pemahasan patung kayu mahoni Jepara

3. Pengeringan kayu

         Sebelum kayu diproduksi menjadi barang mebel ukir, maka sebaiknya kayu tersebut diadakan pengeringan lebih dulu agar kadar lengas (kandungan air pada kayu) rendah bahkan kering seratus persen. Sebab dengan kayu yang kering maka akan mengurangi daya susut yang rendah bahkan tidak terjadi penyusutan sama sekali. Pengeringan kayu dapat dilakukan secara alami maupun secara buatan, baik alami atau buatan sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Pengeringan secara alami biasanya dilakukan sebelum kayu itu ditebang yaitu kayu masih tumbuh di hutan, cara ini dikenal dengan sebutan teres. Adapun waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan alami (diteres) adalah sekitar 6 bulan hingga 1 tahun, hal inilah yang menjadikan kelemahan dalam pengeringan alami karena tidak dapat cepat memproduksi barang mebel ukir secara cepat. Keuntungan cara ini adalah kayu benar-benar kering dengan baik dan kadar lengasnya sangat rendah

Sedangkan pengeringan secara buatan biasa dilakukan oleh para perajin setelah kayu dibuat dalam bentuk papan-papan kemudian dijemur diterik matahari dibolak balik papannya, ada pula yang dipanggang di atas bara api. Cara yang dipanggang di atas bara api kelemahannya kayu kadang berwarna kehitaman (Jawa: gosong), sedangkan yang dipanaskan di terik matahari biasanya kayu cenderung untuk melengkung (Jawa: ngulet ). Pengeringan cara buatan yang lain adalah dioven di tempat pengeringan secara khusus tertutup dan menggunakan mesin serta durasi waktunya standar. Hasil pada pengeringan oven ini lebih baik tetapi perajin harus mengeluarkan tambahan biaya guna pengeringan tersebut. Pengeringan oven biasanya untuk produk mebel yang dieksport, karena dengan cara ini kadar lengas ( kandungan air yang terdapat pada kayu) dapat mencapai nol persen.

Pemilihan kayu jati solid mebel hasan jati furniture

X. Limbah kayu

Dalam suatu penebangan kayu di hutan dan pemrosesan kayu di pabrik / perusahaan serta di tempat penggergajian kayu biasanya banyak limbah kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar maupun untuk barang kerajinan. Adapun limbah tersebut dapat dijelaskan masing-masing jenisnya sebagai berikut :

a. Limbah dari penebangan kayu

Yang termasuk limbah penebangan kayu di hutan antara lain adalah : dahan/ cabang, ranting,dan tonggak beserta akarnya. Diantara limbah ini yang untuk kayu bakar biasanya ranting- ranting kecil, sedangkan dahan/cabang serta tonggak biasanya masih dimanfaatkan untuk membuat barang kerajinan. Dahan / cabang biasanya dibuat kerajinan bubutan, kursi ayunan, meja, kursi teras dan barang kerajinan lainnya. Sedangkan tonggak beserta akarnya biasanya dimanfaatkan untuk membuat meja kursi akar dengan berbagai ornamen/ hiasan, ada yang diukir bentuk kuda, buah anggur, ikan, dan bentuk naga dengan harga yang cukup mahal. Karya ini disebut ukir akar kayu, karena berbahan dari akar kayu dan tonggaknya.

b. Limbah dari penggergajian kayu

Limbah dari penggergajian kayu biasanya berupa serpihan tepi balok yang berupa kepelan agak panjang. Limbah ini biasa untuk kayu bakar dan ada pula yang memanfaatkan untuk kerajinan sangakar / kurungan burung dengan melalui proses penggergajian lagi menggunakan gergaji serkel/ piringan. Dari limbah tersebut diserkel atau dirajang kecil-kecil menjadi lembaran sesuai kebutuhan bahan sangka / kurungan. Disamping itu juga ada yang memanfaatkan untuk pembuatan ukiran hiasan dinding atau bentuk

topeng-topeng.

c. Limbah dari perusahaan mebel

Limbah dari perusahaan mebel hanya berupa sadapan- sadapan kayu dengan ukuran kecil, biasanya sisa potongan dari bahan pembuatan barang mebel yang lazim disebut kepelan. Limbah ini biasa untuk membuat barang kerasian seperti asbak, pigura kaca sanggul, ganjel pintu, dan hiasan dinding yang berukuran kecil.

Klik dibawah jika anda sedang mencari produk mebel Jepara :

Set Meja Makan Mewah menggunakan kayu solid tanpa sambungan.

Sofa Ruang Tamu Klasik Ukiran menggunakan kayu mahoni

Set Kamar Tidur Classic Modern warna putih duco

Kursi Cafe Restoran Minimalis kayu jati jepara

                          Aman terpercaya


 

BAHAN BAKU UKIR DAN CIRI-CIRINYA (part 3) BAHAN BAKU UKIR DAN CIRI-CIRINYA (part 3) Reviewed by kreasi anak jepara on Juni 07, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.